"Kasih Allah tidak hanya mengampuni, tetapi juga memulihkan."
Dalam hidup ini, kita semua pernah mengalami kegagalan, luka batin, atau bahkan dosa yang membuat kita merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Namun, kasih Allah tidak berhenti pada pengampunan saja. Dia memulihkan identitas kita, memperbarui tujuan kita, dan mengangkat kita kembali untuk berjalan bersama-Nya.
Salah satu contoh paling menyentuh adalah kisah Petrus. Setelah menyangkal Yesus tiga kali, ia mungkin merasa hancur, malu, dan tidak layak lagi menjadi murid. Namun, Yesus yang bangkit tidak menegur Petrus dengan kemarahan, melainkan bertanya dengan lembut:
“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”
(Yohanes 21:15)
Pertanyaan ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk memulihkan. Tiga kali Yesus bertanya, sebanding dengan tiga kali Petrus menyangkal. Dan setiap kali Petrus menjawab, Yesus memberinya kembali tugas: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kasih Yesus memulihkan rasa bersalah Petrus, dan memulihkan panggilannya sebagai pemimpin.
Kasih Tuhan tidak melihat kita berdasarkan kegagalan kita, tetapi berdasarkan potensi kita di dalam-Nya. Ketika kita datang kepada-Nya dengan hati hancur, Dia tidak menolak, melainkan menyambut dan menyembuhkan.
“Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”
(Mazmur 147:3)
Tidak ada luka yang terlalu dalam, tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak bisa dipulihkan oleh kasih-Nya.
Bagaimana dengan Anda ?
Apakah ada luka atau rasa bersalah yang masih mengikat hatimu?
Sudahkah kamu membuka hati untuk kasih Tuhan yang memulihkan, bukan hanya mengampuni?
* di kutip dari beberapa sumber
Pdm. Yesaya Cahyadi