(Based on interview with Pdt. David Natanael)
Langkah Iman yang Melahirkan GBI Salemba
Sebuah kisah tentang ketaatan, doa, dan penyertaan Tuhan
Semua berawal dari sebuah visi besar 6620 — yaitu 6000 Jemaat, 600 COOL dan Pendoa Syafaat, serta 20 cabang atau ranting. Visi ini dicanangkan oleh Ketua Rayon saat itu, dan menjadi api yang membakar hati banyak hamba Tuhan, termasuk seorang pengerja yang kemudian dipakai Tuhan untuk melahirkan GBI Salemba.
Kegelisahan yang Datang dari Tuhan
“Saat itu hati saya terus digelisahkan oleh Tuhan untuk membuka sebuah gereja baru,” kenangnya. Ia tak bisa mengabaikan dorongan ilahi tersebut. Didukung oleh seorang rekan sepelayanan yang juga menjabat sebagai Ketua Misi Rayon, ia mulai melangkah mencari tempat ibadah.
Tuhan menuntunnya ke sebuah lokasi di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) — tempat yang dirasanya sangat cocok untuk menampung pelayanan yang baru ini. Namun ternyata, tempat itu sudah disewa pihak lain. Rencana itu pun sempat kandas, dan niat mendirikan gereja baru kembali disimpan.
Tetapi hati yang telah digelisahkan Tuhan tak bisa diam. Ia terus berdoa dan meminta tanda dari Tuhan, apakah benar ini adalah panggilan untuk membuka jemaat baru.
Dari Lima Belas Orang dan Doa yang Tak Henti
Langkah berikutnya dimulai dengan kecil: ia mengumpulkan beberapa orang yang memiliki kerinduan yang sama. Sekitar 15 orang bersedia mendukung visi tersebut. Namun lagi-lagi, kendala muncul — belum ada gedung, belum ada tempat untuk beribadah. Niat itu kembali tertahan.
Suatu hari, Ketua Misi Rayon kembali menegurnya dengan lembut, “Apakah kamu jadi membuka gereja baru atau tidak?” Ia menjawab dengan jujur bahwa kendala utama adalah tempat. Namun Tuhan punya cara-Nya sendiri. Ternyata, LAI membuka kembali penyewaan ruangan yang tadinya sudah penuh. Tuhan memberi jalan di tempat yang sama yang dulu tertutup!
Namun anehnya, kali ini justru muncul keraguan di hati. Ia mulai bimbang, apakah benar ini waktunya Tuhan?
Konfirmasi Ilahi di Pulau Dewata
Dalam masa kebingungan itu, Tuhan berbicara dengan cara yang sangat pribadi. Saat berkunjung ke Bali dan mengikuti ibadah di GBI The Rock di bawah gembala sidang Pdt. Timotius Arifin, ada seorang hamba Tuhan dari Australia yang berkhotbah. Di tengah ibadah, hamba Tuhan itu berseru:
> “Semua anak muda yang hadir di tempat ini akan dipakai Tuhan untuk membuka gereja baru!”
Kata-kata itu seperti panah yang menembus hati. Ia tersentak — seakan Tuhan berbicara langsung. Itu adalah konfirmasi yang tak terbantahkan. Namun, untuk memastikan, ia meminta satu tanda lagi: agar Bapak rohaninya, Pdt. John Silitonga, mengijinkan rencana tersebut.
Diutus dengan Doa
Sekembalinya ke Jakarta, ia menyampaikan kerinduan hatinya kepada Pdt. John Silitonga, gembala GBI Tebet. Awalnya, sang gembala sempat ragu karena baru saja ada gereja baru yang gagal dan ditutup. Namun setelah berdoa, beliau mengijinkan dan mengutusnya, dengan syarat mengumpulkan tim pendukung yang siap melayani.
Di Gedung Honda-Tebet, di depan lift — tempat sederhana namun bersejarah — mereka berdoa bersama. Di sanalah ia dan 15 orang lainnya diutus secara resmi untuk merintis gereja baru.
Langkah Awal dan Penyertaan Tuhan
Ibadah pertama diadakan sore hari di Lembaga Alkitab Indonesia. Tuhan bahkan menyediakan dana awal sebesar dua juta rupiah — jumlah yang sepenuhnya ia persembahkan untuk ibadah pertama itu.
Selama setahun pertama, jemaat yang hadir sekitar 20–30 orang. Beberapa rekan pelayanan mulai lelah dan mundur, tetapi ia tetap teguh. “Saya tetap yakin kepada Tuhan,” ujarnya penuh iman.
GBI Salemba Diresmikan
Seiring waktu, Tuhan meneguhkan pelayanan ini. Di bawah naungan GBI Jl. Gatot Subroto Jakarta yang memiliki visi, misi, serta moto 3C (Character, Commitment, Competence), dikeluarkanlah Surat Keputusan resmi pada 6 November 2005 tentang berdirinya GBI Salemba.
Pada saat yang sama, ibadah berpindah dari LAI ke Sate Khas – depan Perpustakaan Nasional, dan mulai diadakan pagi hari.
Tahun berikutnya, 2006, GBI Salemba berpindah ke Plaza Kenari Mas, dan mulai menyelenggarakan dua kali ibadah setiap Minggu — tanda bahwa Tuhan terus menambahkan jiwa demi jiwa ke dalam pelayanan ini.
Kesetiaan yang Dibalas dengan Pertumbuhan
Kini, perjalanan panjang itu menjadi saksi nyata bahwa ketaatan membuka jalan bagi penyertaan Tuhan. Dari langkah iman seorang hamba Tuhan yang mau berkata “Ya” kepada panggilan-Nya, lahirlah sebuah gereja yang terus tumbuh dan menjadi berkat bagi banyak jiwa.
> “Saya mengucap syukur kepada Tuhan atas penyertaan-Nya sepanjang perjalanan gereja ini,” tutupnya.
“Doa saya, agar jemaat semakin bertambah sesuai dengan rencana Tuhan.”