Sunday, April 27, 2025

MEMBERI DENGAN KEMURAHAN HATI


MEMBERI DENGAN KEMURAHAN HATI

A. Murah Hati: Sebuah Sifat Ilahi

Murah hati adalah sifat ilahi yang mencerminkan karakter Allah sendiri, lebih dari sekadar Tindakan memberi. Dalam Lukas 6:30-36, Yesus mengajarkan bahwa kemurahan hati seharusnya menjadi ciri khas umat-Nya, bukan hanya pada waktu yang nyaman, tetapi juga dalam kesulitan.
Kata Yunani “oiktirmon” menggambarkan belas kasihan yang aktif, bukan hanya perasaan Simpati. Dalam Roma 2:4-5, kemurahan hati Allah terlihat melalui kesabaran dan kesempatan-Nya bagi manusia untuk bertobat, menunjukkan bahwa kemurahan hati berhubungan dengan Pengampunan, kesabaran, dan perhatian terhadap orang lain. Allah juga menunjukkan Kemurahan hati dalam memilih umat-Nya, seperti yang tercatat dalam Roma 9, yang bersifat
Selektif namun bertujuan membawa dampak positif bagi banyak orang. 
Matius 20:8-16, Menggambarkan kemurahan hati Tuhan dalam memperlakukan setiap orang dengan adil dan Penuh kasih. Sebagai umat Kristen, kita dipanggil untuk mencerminkan kemurahan hati ini dalam kehidupan sehari-hari, memberi tidak hanya saat memiliki kelimpahan, tetapi juga dalam
Kesulitan.

B. Dasar Memberi dengan Murah Hati

Memberi merupakan tindakan iman yang mencerminkan kasih dan kepatuhan kepada Tuhan. Dalam Alkitab, memberi bukan sekadar kewajiban, tetapi juga ekspresi kasih, ucapan syukur, dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Tindakan memberi yang benar harus berakar pada hati yang rela, penuh syukur, dan dilandasi oleh kasih yang tulus. 

Berikut adalah Tiga dasar utama dalam memberi dengan murah hati:

a. Dengan Kerelaan (2 Korintus 8:12-15)

Memberi dengan murah hati harus didasarkan pada kerelaan hati, bukan karena paksaan. Dalam 2 Korintus 8:12-15, Rasul Paulus menekankan bahwa Tuhan tidak melihat besar kecilnya pemberian, tetapi motivasi hati di baliknya:
“Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu itu diterima menurut apa yang ada padamu, bukan menurut apa yang tidak ada padamu.” (2 Korintus 8:12, TB). Ayat ini mengajarkan bahwa kerelaan dalam memberi lebih berharga daripada jumlah yang diberikan. Tuhan tidak menuntut kita memberi melebihi kemampuan, tetapi dengan hati yang sukarela. Jika pemberian dilakukan dengan ketulusan, maka itu menjadi berkat bagi penerima maupun yang memberi. Kerelaan juga mencerminkan ketergantungan kita kepada Tuhan. Dalam Amsal 3:9-10, Tuhan mengajarkan bahwa memberi dengan rela mendatangkan berkat : “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah.” (Amsal 3:9-10, TB) Selain itu, Yesus mengajarkan dalam Lukas 6:38 bahwa memberi dengan hati rela membawa sukacita dan berkat yang melimpah.

b. Dengan Ucapan Syukur (Efesus 5:20)

Memberi dengan ucapan syukur menunjukkan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal darivTuhan. Efesus 5:20 berkata: "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepadavAllah dan Bapa kita." (Efesus 5:20, TB). Ucapan syukur adalah sikap hati yang menyadari bahwa kita hanyalah penatalayan dari berkat Tuhan. Orang yang bersyukur dalam memberi tidak akan merasa rugi atau kehilangan, karena ia tahu bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Dalam Mazmur 50:23, Tuhan berfirman bahwa ucapan syukur dalam memberi adalah bentuk ibadah. Yesus sendiri mencontohkan memberi dengan ucapan syukur saat memberi makan lima
ribu orang (Yohanes 6:11). Memberi dengan hati bersyukur tidak bergantung pada jumlah yang kita miliki, tetapi pada keyakinan bahwa Tuhan mencukupi.

c. Dengan Kasih (1 Korintus 13:1-3)

Kasih adalah inti dari setiap tindakan kita sebagai orang percaya, termasuk memberi. RasulvPaulus dalam 1 Korintus 13:1-3 menegaskan bahwa tanpa kasih, memberi tidak akan ada nilainya: "Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, tetapi jika aku tida mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:3, TB). Tindakan memberi yang tidak disertai kasih hanya menjadi ritual kosong. Kasih adalah motivasivutama yang harus melandasi pemberian kita, sebab kasih berasal dari Allah yang terlebih dahulu
mengasihi kita (1 Yohanes 4:19). Yesus menekankan memberi dengan kasih dalam Matius 25:40: "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."
Memberi dengan kasih bukan hanya tindakan sosial, tetapi juga bentuk kasih kepada Tuhan. Dalam 2 Korintus 9:7, Paulus mengingatkan bahwa Tuhan mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita. Memberi dengan kasih membawa berkat bagi penerima dan menyenangkan hati Tuhan.

C. Memberi dengan Murah Hati dalam Alkitab

1. Memberi Yang Terbaik

a. Memberi yang Paling Berharga (Kejadian 22:2,9) Salah satu contoh terbesar dalam Alkitab mengenai memberi dengan murah hati adalah kisah Abraham yang diuji untuk memberikan anaknya, Ishak. Tuhan berkata kepada Abraham: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moriavdan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kejadian 22:2, TB) Perintah ini menguji sejauh mana Abrahamvbersedia menyerahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya kepada Tuhan. Namun, karena iman dan ketaatannya, Tuhan akhirnya menyediakan domba jantan sebagai ganti Ishak (Kejadian 22:13). Kisah ini mengajarkan bahwa memberi dengan murah hati bukan hanya tentang kelebihan yang kita miliki, tetapi juga kesiapanvuntuk menyerahkan hal yang paling berharga sebagai bukti iman dan ketergantungan kita kepada Tuhan.

b. Bapa Surgawi Memberi Anak-Nya (Yohanes 3:16, Lukas 11:13) Allah menunjukkan kemurahan hati-Nya yang terbesar dengan memberikan Yesus Kristus sebagai penebus dosa umat manusia: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16, TB) Kasih Allah yang begitu besar dinyatakan dalam pemberian-Nya yang paling berharga. Selain  itu, dalam Lukas 11:13, Yesus mengajarkan bahwa jika manusia yang berdosa tahu bagaimana memberi yang baik kepada anak-anak mereka, maka Bapa Surgawi terlebih lagi akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

c. Yesus Memberi Nyawa-Nya (Yohanes 10:11) Yesus Kristus adalah teladan utama dalam memberi dengan murah hati. Dia bukan hanya memberikan berkat secara materi atau fisik, tetapi juga memberikan hidup-Nya sendiri sebagai
tebusan bagi banyak orang: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." (Yohanes 10:11, TB) Pengorbanan Yesus menunjukkan bahwa memberi dengan murah hati tidak hanya terbatas pada harta benda, tetapi juga pada hidup kita.

2. Memberi Melampaui Kemampuan

Teladan Jemaat Makedonia Jemaat di Makedonia memberikan teladan luar biasa dalam memberi dengan murah hati, bahkan di tengah penderitaan dan kemiskinan yang mereka alami. Rasul Paulus dalam 2 Korintus 8:3-5a menulis: "Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka." Dari ayat ini, kita belajar bahwa kemurahan hati sejati bukanlah soal jumlah yang diberikan, tetapi soal sikap hati yang rela memberi lebih dari sekadar kemampuan manusiawi.
Berikut Prinsip-prinsip yang dapat kita pelajari dari jemaat Makedonia:
1. Memberi di Tengah Kemiskinan dan Penderitaan
2. Kaya dalam Kemurahan Hati
3. Mengenal Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus
4. Memberi dengan Sukacita dan Kerelaan
5. Memberikan Diri Terlebih Dahulu kepada Allah
3. Memberi dengan Totalitas

a. Janda Miskin yang Memberi Seluruh Nafkahnya (Lukas 21:3-4) Yesus memberikan contoh konkret tentang memberi dengan totalitas dalam kisah janda miskin: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua
orang itu." Janda ini memberikan dari kekurangannya, menunjukkan iman dan ketergantungannya sepenuhnya kepada Allah.
b. Maria yang Meminyaki Kaki Yesus dengan Minyak Narwastu (Yohanes 12:3)
Maria memberikan minyak narwastu yang mahal sebagai tanda kasih dan penghormatannya kepada Yesus.
c. Barnabas yang Menjual Ladangnya untuk Pekerjaan Tuhan (Kisah Para Rasul 4:36-37) Barnabas menjual ladangnya dan menyerahkan seluruh hasilnya untuk pelayanan Tuhan, menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan pekerjaan Tuhan daripada kepentingan pribadinya.
Prinsip-prinsip Memberi dengan Totalitas:
1. Memberi dengan Sepenuh Hati, Tanpa Perhitungan
2. Memberi Sebagai Bentuk Ibadah dan Pengorbanan
3. Percaya bahwa Tuhan Mencukupi

D. Cara Memberi dengan Murah Hati

a. Memberi yang Terbaik 
(2 Korintus 8:3-5a) Jemaat Makedonia memberi lebih dari kemampuan mereka, bukan karena mereka kaya, tetapi Karena mereka mengerti kasih karunia Tuhan. Memberi yang terbaik bukanlah soal jumlah, tetapi. Tentang kualitas hati dalam memberi. Mereka memberikan diri mereka terlebih dahulu kepada Tuhan sebelum memberi secara materi, menunjukkan bahwa hati yang sungguh-sungguh Menyerahkan diri kepada Tuhan akan menghasilkan pemberian yang terbaik. Seperti yang Dikatakan dalam Amsal 3:9, “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama Dari segala penghasilanmu.”
b. Memberi Melampaui Kemampuan
Ketika kita memberi lebih dari yang nyaman bagi kita, kita menunjukkan iman kepada Tuhan
Bahwa Dia yang mencukupi. Prinsip ini bertentangan dengan pemikiran dunia yang mengajarkan
Untuk menyimpan bagi diri sendiri terlebih dahulu. Dalam 2 Korintus 9:6 dikatakan, “Camkanlah
Ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak,
Akan menuai banyak juga.” Ayat ini mengajarkan bahwa semakin kita memberi dengan iman,
Semakin banyak pula berkat yang akan kita terima dari Tuhan.
c. Memberi dengan Totalitas 
(Lukas 21:3-4, Yohanes 12:3, Kisah Para Rasul 4:36-37)
Janda miskin dalam Lukas 21 memberikan seluruh nafkahnya, bukan karena ia tidak
Membutuhkan uang tersebut, tetapi karena ia percaya bahwa Tuhan akan mencukupinya. Maria
Dalam Yohanes 12:3 memberikan minyak narwastu yang mahal sebagai bentuk penghormatan
Kepada Yesus. Barnabas dalam Kisah Para Rasul 4:36-37 menjual ladangnya untuk membantu
Orang lain. Ini adalah contoh memberi dengan totalitas, di mana seseorang memberi tanpa
Menghitung untung-rugi. Seperti yang dikatakan dalam Amsal 11:25, “Orang yang murah hati
Berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.”

E. Kesimpulan

Memberi dengan murah hati bukan sekadar tindakan sosial atau amal, tetapi merupakan bentuk
Ibadah kepada Tuhan. Kerelaan, ucapan syukur, dan kasih harus menjadi dasar dalam setiap
Pemberian kita. Dengan demikian, pemberian kita tidak hanya memberkati orang lain tetapi juga
Mendatangkan sukacita dan kemuliaan bagi Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam Amsal 11:25:
“Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa
Badannya sendiri.” (Amsal 11:25, TB)
Marilah kita menjadi orang percaya yang memberi dengan hati yang rela, penuh ucapan syukur,
Dan dilandasi kasih sejati, sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan melalui hidup kita.

*Disadur dari berbagai sumber oleh Pdm. Vicky BGD Paat